Search This Blog

Thursday, October 24, 2013

Makalah Teknik Ambulasi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Prinsip mekanika tubuh, pergerakan dasar dalam mekanika tubuh merupakan kebutuhan  mekanika tubuh dan ambulasi. Untuk menilai kemampuan pasien dalam penggunaan mekanika tubuh dengan baik, penggunaan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik/turun dan berjalan adalah dengan cara melakukan proses keperawatan pada pasien melalui pengkajian, diagnosa, intervensi dan tindakan keperawatan. Dengan adanya proses keperawatan pada pasien dengan gangguan ambulasi ditujukan untuk menjaga keamanan ambulasi, meningkatkan kekuatan otot dan mobilitas, mencegah komplikasi dari imobilitas dan meningkatkan harga diri serta kemandirian.
Untuk itu penulis membuat makalah ini  agar dapat membantu tata cara dasar ambulasi yang benar.

1.2 Rumusan Masalah
            1.2.1 Apakah pengertian dari ambulasi?
            1.2.2 Apakah tujuan dari ambulasi?
            1.2.3 Sebutkan dan jelaskan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan ambulasi!
            1.2.4 Sebutkan apa saja alat-alat yang dipergunakan dalam pelaksanaan ambulasi!
            1.2.5 Sebutkan fakor-faktor yang mempengaruhi ambulasi!

1.3 Tujuan
            1.3.1  Untuk mengetahui pengertian dari ambulasi.
            1.3.2  Untuk mengetahui tujuan dari ambulasi.
            1.3.3  Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang berhubungan dengan ambulasi.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja alat-alat yang dipergunakan dalam pelaksanaan ambulasi
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja factor yang mempengaruhi ambulasi


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ambulasi
        Ambulasi merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun, dan duduk di sisi tempat tidur hingga pasien turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan.
        Manfaat ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi immobilisasi pasca operasi, mempercepat pemulihan peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi (Hinchliff, 1999; Craven dan Hirnle, 2009).
Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien pasca operasi karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk memulai berjalan (Kozier, 1989).
Menurut Kozier dan Erb (1987), factor yang mempengaruhi ambulasi adalah kondisi kesehatan pasien, nutrisi, emosi, situasi dan kebiasaan serta gaya hidup dan pengetahuan.
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari latihan berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier (1995 dalam Asmandi, 2008) ambulasi adalah aktivitas berjalan. Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien.

2.2. Tujuan Ambulasi
·        Untuk memenuhi kebutuan aktivitas
·        Memenuhi kebutuhan ambulasi
·        Mempertahankan kenyamanan
·        Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
·        Mempertahankan control diri pasien
·        Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
2.3 Tindakan-tindakan Ambulasi
a.      Duduk di atas tempat tidur
1.    Tempatkan klien pada posisi terlentang
2.    Pindahkan semua bantal
3.    Posisi menghadap kepala tempat tidur
4.    Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala tempat tidur di belakang kaki yang lain.
5.    Tempatkan tangan yang lebih jauh dari klien di bawah bahu klien, sokong kepalanya dan vetebra servikal.
6.    Tempatkan tangan perawat yang lain pada permukaan temapt tidur.
7.    Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan perawat dari depan kaki ke belakang kaki.
8.    Dorong melawan tempat tidur dengan tangan di permukaan tempat tidur



 
b.      Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi
1.         Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kusi roda dalam posisi terkunci.
2.         Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
3.         Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan antislip.
4.         Regangkan kedua kaki perawat.
5.         Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan lutut perawat dengan pasien.
6.         Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila pasien dan tempatkan tangan pada skapula pasien.
7.         Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi.
8.         Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut perawat.
9.         Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien secara langsung ke depan kursi.
10.     Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong.
11.     Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke kursi.
12.     Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
13.     Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
14.     Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk kemajuan dan penampilannya.
c.      Bantu berjalan


1.    Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2.    Letakkan tangan pasien di samping badan atau memegang telapak tangan anda
3.    Berdiri di samping pasien serta pegang telapak dan lengan tangan pada bahu pasien
4.    Bantu pasien untuk berjalan perlahan-lahan

d.     Memindahkan pasien dari tempat tidur ke branchard
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard.
1.          Atur posisi branchard dalam posisi terkunci
2.          Bantu pasien dengan 2 – 3 perawat
3.          Berdiri menghadap pasien
4.          Silangkan tangan di depan dada
5.          Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien.
6.          Perawat pertama meletakkan tangan di bawah leher/bahu dan bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan pinggul pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
7.          Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard
8.          Atur posisi pasien di branchard.



  
e. Duduk di tepi tempat tidur
1.    Tempatkan klien pada posisi miring, menghadap perawat di sisi tempat tidur tempat ia akan duduk.
2.    Pasang pagar tempat tidur pada sisi yang berlawanan.
3.    Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat ditoleransi pasien.
4.    Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan.
5.    Balikkan secara diagonal sehingga perawat berhadapan dengan pasien dan menjauh dari sudut tempat tidur.
6.    Regangkan kaki perawat dengan kaki palingdekat ke kepala tempat tidur di depan kaki yang lain.
7.    Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di bawah bahu pasien, sokong kepala dan lehernya
8.    Tempat tangan perawat yang lain di atas paha pasien.
9.    Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke tepi tempat tidur.
10.     Tempatkan poros ke arah belakang kaki, yang memungkinkan tungkai atas pasien memutar ke bawah.
11.     Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan perawat ke belakang tungkai dan angkat pasien.
12.     Tetap didepan pasien sampai mencapai keseimbangan.
13.     Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki menyentuh lantai. 
2.4 Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi
·      Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan permanen untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh dalam keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable dan lofstrand
·      Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang yang digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi tongkat berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan tongkat berkaki segi empat (quad cane).
·      Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang kokoh digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang kuat dan mampu menopang tubuh.

2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Mekanika Tubuh dan Am­bulasi
1.                            Status Kesehatan. Perubahari status kesehatan dapat memengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistcm saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan lain-lain.
2.                            Nutrisi. Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dari memudahkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh, tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
3.                            Emosi. Kondisi psikologis sesearang dapat memudahkan perubahan perilaku ­yang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dari ambulasi baik. Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri yang rendah, akan mudah mengalarrti perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.        
4.                            Situasi dan Kebiasaan, Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya sering mengangkat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mckanika tubuh dan ambulasi.
5.                            Gaya Hidup. Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat mengganggu koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan neurologi, yang akhirnya mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
6.                            Pengetahuan. Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong sescorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga menguranngi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pcngetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurolobri dan muskuloskcletal.




BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.      Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan.
2.      Tujuan ambulasi adalah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatan pasien
3.      Latihan ambulasi seperti duduk di atas tempat tidur, turun dan berdiri dari tempat tidur, membantu berjalan, dan memindahkan pasien dari tempat tidur ke branchard.

3.2 Saran
Materi tentang teknik ambulasi ini sangat penting untuk pelajari dan kita pahami bagaimana menerapkan teknik yang benar kepada pasien. Karena hal ini merupakan hal dasar bagaimana merawat pasien kita.










DAFTAR PUSTAKA

Uliyah, Musrifatul & Hidayat A. A. A. (2008). Keterampilan Dasar Praktik untuk Kebidanan (Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika
Uliyah, Musrifatul & Hidayat A. A. A. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC



No comments:

Post a Comment