1.
Sporadisitas
penyakit
Sporadis adalah
suatu keadaan dimana kejadian yang umumnya penyakit yang ada di suatu wilayah
tertentu jumlahnya berubah-rubah menurut waktu. Jadi suatu wabah terjadi bukan
karena masalah kesehatan (penyakit) yang baru, tapi dapat juga dari keadaan masalah (penyakit) yang
telah lama dan pada suatu saat meningkat dengan cepat
Misalnya ada suatu kasus epidemi atau wabah kolera atau muntaber melanda
salah satu daerah terpencil di Papua, seringkali orang ribut dengan status atau
tingkatan penyakit, kalau tingkatannya kecil kadang pelayanan yang diberikan
tidak maksimal padahal ini penyakit yang sifatnya menular. Untuk penyakit
menular seperti ini, harus dianalisa secara cermat sehingga rantai pembawa
penyakit (agent) bisa diputuskan sehingga wabah kolera ataupun
penyakit menular lainnya tidak terjadi kembali.
2.
Endemisitas
Penyakit
Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju
konstan namun cukup tinggi pada suatu populasi. Berasal dari bahasa Yunani “en”
yang artinya di dalam dan “demos” yang artinya rakyat. Terjadi pada suatu
populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh
dari luar.
Suatu infeksi penyakit dikatakan
sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi penyakit tersebut
menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). Bila infeksi
tersebut tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara eksponensial, suatu infeksi dikatakan berada dalam
keadaan tunak endemik (endemic steady state). Suatu infeksi yang
dimulai sebagai suatu epidemi pada akhirnya akan lenyap atau mencapai keadaan
tunak endemik, bergantung pada sejumlah faktor, termasuk virulensi dan cara penularan
penyakit bersangkutan.
Dalam bahasa percakapan, penyakit endemik sering diartikan
sebagai suatu penyakit yang ditemukan pada daerah tertentu. Sebagai contoh, AIDS sering dikatakan "endemik"
di Afrika walaupun kasus AIDS di Afrika masih terus meningkat (sehingga tidak
dalam keadaan tunak endemik). Lebih tepat untuk menyebut kasus AIDS di Afrika
sebagai suatu epidemi. Contoh penyakit endemis di Indonesia adalah malaria.
Plasmodium Protista Eukariotik yang ditularkan oleh nyamuk adalah
penyebab utama dari Penyakit Malaria. Di dalam tubuh manusia parasit ini
bersembunyi dan berkembang biak di dalam hati (liver) kemudian menginfeksi sel
darah merah sehingga menyebabkan gejala seperti demam dan sakit kepala,
yang mana pada kasus yang parah akan megarah ke koma(tidak sarkan diri)
dan kematian. Diperkirakan pada tahun 2009 dari 225 juta kasus malaria di seluruh
dunia 781.000 ribu diantaranya berakhir dengan kematian. Nyamuk dengan
Plasmodium ini tersebar luas di belahan dunia khususnya daerah tropis dan
sub-tropis seperti sebagian besar daerah Asia (khususnya Asia Tenggara),
Amerika (khususnya Amerika Selatan) dan Sub-Sahara Afrika.
Ada empat jenis plasmodium yaitu plasmodium vivax, plasmadium
ovale, malariae plasmodium dan plasmodium falciparum yang
menyebabkan penyakit malaria. Khusus untuk plasmodium falciparum sering
menjurus kepada sakit malaria berat yang sangat sering menyebabkan kematian
(pada tahun 2010 diperkirakan 90% angka kematian akibat malaria terjadi di
Sub-Sahara Afrika dimana plasmodium falciparum bertanggung jawab atas sebagian
besar kasus malaria yang terjadi), sedangkan tiga jenis plasmodium lainnya
adalah penyakit ringan yang sangat jarang menjurus pada Penyakit Malaria akut.
Selain itu adapula plasmodium knowlesi yang umumnya menyebabkan malaria pada
spesies hewan kera tetapi dapat juga menginfeksi manusia walaupun sangat kecil
kemungkinannya.
Diperkirakan oleh para ahli selama lebih dari 50.000 tahun manusia telah
diinfeksi oleh Penyakit malaria. Menurut rekaman sejarah demam periodik
penyakit malaria telah ditemukan pada tahun 2700 SM di China dan kekaisaran Romawi,
dan rekaman sejarah abad 19 mencatat bahwa pada perang pasifik
diperkirakan sekitar 500.000 tentara AS terinfeksi, dimana 60.000
diantaranya terbunuh karenanya.
Parasit malaria yang ditemukan pada jenis hewan mamalia orang utan dan
gorila sangat mirip dengan parasit malaria yang ditemukan pada manusia.
Diperkirakan berdasarkan bukti-bukti terkini bahwa penyakit malaria pada
manusia mungkin berasal dari gorila. Kata Malaria berasal dari bahasa Italia
“Mala Aria” yang berarti “bad air” atau dalam bahasa Indonesia “udara buruk”.
Penyakit ini pernah juga disebut penyakit demam rawa. Penyakit malaria pernah
mewabah di Eropa dan Amerika Utara walaupun saat ini penyakit ini semakin
jarang ditemukan di belahan dunia tersebut, dikarenakan oleh perubahan geografi
yang telah menyingkirkan rawa rawa tempat sebagian besar nyamuk penyebar
malaria tinggal dan berkembang biak.
3.
Epidemisitas
Penyakit
Dalam epidemiologi, epidemi (dari bahasa Yunani epi- pada + demos rakyat) adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu tertentu,
dengan laju yang melampaui laju "ekspektasi" (dugaan), yang
didasarkan pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah
yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru
penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incidence
rate (bahasa Inggris;
"laju timbulnya penyakit").
Epidemi adalah penyakit
menular yang berjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak
korban, misal penyakit yang tidak secara tetap berjangkit di daerah itu.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Contoh kasus epidemi di
Indonesia adalah HIV/Aids.
AIDS di Indonesia ditangani oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional dan Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan memiliki Strategi Penanggulangan AIDS Nasional untuk
wilayah Indonesia. Ada 79 daerah prioritas di mana epidemi AIDS sedang
meluas. Daerah tersebut menjangkau delapan provinsi: Papua, Papua Barat, Sumatera Utara,
Jawa Timur, Jakarta, Kepulauan Riau,
Jawa Barat, dan
Jawa Tengah.
Program-program penanggulangan AIDS menekankan pada pencegahan melalui
perubahan perilaku dan melengkapi upaya pencegahan tersebut dengan layanan
pengobatan dan perawatan. Program PEPFAR di Indonesia bekerja sama secara erat
dengan saat ini.
Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari
220 juta penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan
adalah 0,1% di seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik diperkirakan
mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui hubungan seksual
tanpa menggunakan pelindung.
Jumlah kasus kematian akibat AIDS di
Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama
terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang melalui jarum suntik dan
pasangan intimnya, orang yang berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan
mereka, dan pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30
Juni 2007, 42% dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual dan 53%
melalui penggunaan obat terlarang.
4.
Pandemisitas Penyakit
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana
terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang
luas. Berasal dari bahasa Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang
artinya rakyat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi
bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi :
a.
Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal
baru pada populasi bersangkutan,
b.
Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan
menyebabkan sakit serius,
c.
Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan
berkelanjutan pada manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya
karena menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal
sebagai kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan
sebagai pandemi karena tidak ditularkan.
Wabah flu
babi 2009 adalah pandemi galur virus influenza baru
yang diidentifikasi pada bulan April 2009, yang biasa disebut sebagai flu babi. Galur
virus ini diperkirakan sebagai mutasi empat galur virus influenza A subtipe
H1N1: dua endemik pada
manusia, satu endemik pada burung, dan dua endemik pada babi. Sumber wabah ini pada manusia belum diketahui, namun kasus-kasus
pertama ditemukan di Amerika Serikat
dan kemudian di Meksiko, yang mengalami peningkatan jumlah kasus, banyak di
antaranya fatal.
WHO secara resmi menyatakan wabah ini
sebagai pandemi pada 11
Juni 2009, namun menekankan bahwa pernyataan ini adalah karena penyebaran
global virus ini, bukan karena tingkat bahayanya. WHO menyatakan pandemi ini
berdampak tidak terlalu parah di negara-negara yang relatif maju, namun
dianjurkan untuk mengantisipasi masalah yang lebih berat saat virus menyebar ke
daerah dengan sumber daya terbatas, perawatan kesehatan yang buruk, dan
bermasalah medis Laju kematian kasus (case fatality rate atau CFR) galur
pandemik ini diperkirakan 0,4 % (selang 0,3%-1,5%)
Sampai saat ini masih belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah infeksi.
Berita terkini dari WHO menyatakan bahwa "74 negara secara resmi telah
melaporkan 27.737 kasus influenza A (H1N1), termasuk 141 kematian. Sampai 24
Mei 2009 hampir 90 persen kematian yang dilaporkan terjadi di Meksiko. Ini
telah mengundang spekulasi bahwa Meksiko mungkin telah berada di tengah-tengah
epidemi yang tidak diketahui berbulan-bulan sebelum berjangkitnya wabah saat
ini. Menurut CDC, fakta bahwa kegiatan infeksi virus flu saat ini dipantau
lebih cermat mungkin menerangkan mengapa lebih banyak kasus flu yang dicatat di
Meksiko, Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Sekitar setengah dari semua
virus influenza yang dideteksi sejauh ini adalah virus baru H1N1, yang
"menurut para pakar untuk saat ini tidak lebih buruk daripada influenza
musiman."
5. KLB (Kejadian Luar Biasa)
Kejadian
Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status
yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.
Status Kejadian Luar Biasa diatur
oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar
Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu.
Kriteria tentang Kejadian Luar
Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan
dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian
dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak
ada atau tidak dikenal
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus
selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari,
minggu)
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat
atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan,
tahun).
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan
kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.
Contoh kasus kejadian
luar biasa
Jakarta,
Kompas - Status kejadian luar
biasa flu burung di Indonesia sejak tahun 2006 belum dicabut. Meski jumlah
kasus menurun, masyarakat diminta tetap waspada.
”Belum ada perubahan status KLB karena masih ditemukan kasus flu burung,” kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih seusai rapat koordinasi penanganan flu burung di Jakarta, Jumat (20/1).
”Belum ada perubahan status KLB karena masih ditemukan kasus flu burung,” kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih seusai rapat koordinasi penanganan flu burung di Jakarta, Jumat (20/1).
Jumlah kasus flu burung tertinggi terjadi tahun
2006, yaitu 55 kasus. Tahun 2011 hanya ditemukan 11 kasus. Hingga Januari 2012,
di Indonesia terdapat 184 kasus flu burung dengan 152 kasus di antaranya
meninggal. Dua kematian terakhir dialami PDY (23) dan ASR (5), warga Tanjung
Priok, 7 Januari dan 16 Januari. Sumber penularan adalah merpati milik PDY.
”Puncak kejadian flu burung di berbagai negara
umumnya terjadi Januari-April. Di Indonesia saat musim hujan,” kata Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono. Udara lembab membuat virus
mudah berkembang. Agar flu burung tak menyebar luas, butuh kewaspadaan semua
pihak. Cairan dalam tubuh penderita flu perlu dipastikan apakah menderita flu
biasa atau flu burung. Deteksi virus flu burung perlu dilakukan pada pasien paru
akut di rumah sakit (RS).
Saat ini, ada 100 RS rujukan flu burung di 31
provinsi. Sekitar 80 RS memiliki ruang isolasi, sisanya hanya RS dengan ruang
isolasi bertekanan negatif untuk mencegah virus keluar ruangan. Ada 42
laboratorium yang mampu mendeteksi virus flu burung.
Karena sumber penularan flu burung masih dari
unggas, Endang meminta masyarakat yang memiliki unggas mengandangkan jauh dari
rumah. Selain itu, hindari juga memegang unggas hidup dan jangan memegang
unggas mati. Cuci tangan dengan sabun harus rajin dilakukan.
”Konsumsi daging unggas boleh, tetapi harus dimasak
matang,” ujar Endang.
6. Wabah
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU RI
no. 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular)
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas
secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Departemen
Kesehatan RI Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
pemukiman). Contoh wabah yang pernah terjadi adalah wabah pes
Plague
of Justinian ("wabah Justinian"), dimulai tahun 541, merupakan wabah pes
bubonik yang pertama tercatat dalam sejarah. Wabah ini dimulai di Mesir dan merebak sampai
Konstantinopel pada musim semi
tahun berikutnya, serta (menurut catatan Procopius dari Bizantium) pada puncaknya
menewaskan 10.000 orang setiap hari dan mungkin 40 persen dari penduduk kota
tersebut. Wabah tersebut terus berlanjut dan memakan korban sampai seperempat
populasi manusia di Mediterania timur.
The Black Death, dimulai tahun 1300-an. Delapan abad setelah wabah terakhir, pes
bubonik merebak kembali di Eropa. Setelah mulai
berjangkit di Asia, wabah tersebut mencapai Mediterania dan Eropa barat pada tahun 1348 (mungkin oleh para pedagang Italia yang mengungsi
dari perang di Crimea), dan menewaskan
dua puluh juta orang Eropa dalam waktu enam tahun, yaitu seperempat dari
seluruh populasi atau bahkan sampai separuh populasi di daerah perkotaan yang
paling parah dijangkiti.
7. Surveilans
Surveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara
terus menerus dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu
data spesifik yang digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program ( Manajemen program kesehatan)
Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang berbeda.
Pertama, surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara
terus-menerus terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang
berkaitan dengan keadaan sehat atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan,
analisis, penafsiran, dan penyebaran data yang terkait, dan dianggap sangat
berguna untuk penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang demikian
luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi kesehatan rutin, dan
karena itu keduanya dapat dianggap berperan bersama-sama.
Kedua yaitu menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk
menanggulangi masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran
penyakit menahun suatu bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola
dalam jangka waktu yang terbatas dan terintegrasi secara erat dengan
pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila informasi tentang insidens
sangat dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak dapat
diandalkan maka sistem ini dapat digunakan. (Vaughan, 1993).
Surveilans Epidemiologi adalah pengumpulan dan analisa data epidemiologi
yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang
pencegahan dan penanggulangan penyakit yang meliputi kegiatan :
1. Perencanaan Program Pemberantasan Penyakit.
2. Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit.
3. Penanggulangan wabah Kejadian Luar Biasa.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment