Search This Blog

Thursday, April 10, 2014

Percobaan Fransisco Redi, Lazarro Spallanzani, Louis Pasteur #SMA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kita ketahui bahwa rahasia kehidupan yang menjadi teka-teki saat ini. Terutama dari mana asal makhluk hidup yang ada sekarang ini. Untuk menjawab pertanyaan itu sudah ada beberapa orang yang melakukan penelitian mulai zaman sebelum masehi hingga saat ini.
Asal mula kehidupan pada awalnya dikatakan berasal pada makhluk yang tak hidup, atau dapat dikatakan bahwa makhluk hidup ada di dunia secara spontan yang berasal dari makhluk yang tak hidup, seperti daging yang membusuk. Hal ini diungkapkan pertama kali oleh Aristoteles, dan dipercaya hingga beratus-beratus tahun kemudian.
Aristoteles beranggapan bahwa makhluk hidup sebetulnya berasal dari makhluk tak hidup, karena dia melihat semut itu selalu keluar dari tanah sehingga beranggapan bahwa semut itu berasal dari tanah.
Hingga beratus-beratus tahun kemudian muncullah beberapa ilmuwan yang berusaha mematahkan teori abiogenesis yang dilontarkan oleh aristoteles yang masih bertahan pada saat itu. Diantara ilmuwan tersebut, yakn Fransisco Redi (Italia, 1626-1697 ), LAzzaro Spallanzani (Italia, 1972-1799) dan Louis Pasteur( Prancis, 1822-1895).
Salah satu Ilmuwan yang bernama Lazzaro Spallanzani melakukan percobaan dengan menggunakan kuah kaldu, dimana ditempatkan disuatu wadah. Pada wadah itu ada yang terbuka, ada yang tertutup, dan ada pula yang tertutup dan sudah di panasi. Lazzaro mengamatinya, dan memperhatikan perubahan yang terjadi pada air kaldu tersebut.
Setelah beberapa hari, Lazzaro memperhatikan perubahan yang terjadi pada kaldu, dimana yang tidak tertutup dan yang tertutup tapi tidak dipanasi kaldunya berubah warna, sedang yang tertutup tapi dipanasi tidak mengalami perubahan. Dari hal itu dia beranggapan bahwa adanya mikroorganisme pada kaldu. Sehingga terjadi perubahan pada kaldu itu kecuali pada kaldu yang telah dipanasi. Berdasarkan hal tersebut maka patahlah teori abiogenesis yang telah bertahan selama ratusan tahun lamanya.
 Untuk membuktikan kebenaran dari teori yang dikemukakan oleh Lazarro Spallanzani maka dilakukanlah percobaan ini.


1.2 Rumusan masalah
a.       Bagaimana pengaruh kontak udara terhadap ada tidaknya belatung pada daging?
b.      Bagaimana pengaruh kontak udara tehadap ada tidaknya belatung pada kaldu ayam?
1.3  Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengaruh kontak udara terhadap ada tidaknya belatung pada daging
b.      Untuk mengetahui pengaruh kontak udara tehadap ada tidaknya belatung pada kaldu ayam
1.4  Hipotesis
a.       Ada pengaruh kontak udara tehadap ada tidaknya belatung pada kaldu ayam
b.      Ada pengaruh kontak udara tehadap ada tidaknya belatung pada kaldu ayam



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tantangan untuk menjelaskan asal usul kehidupan merupakan sumber krisis terbesar yang dihadapi teori evolusi. Alasannya, molekul-molekul organik sangat kompleks dan pembentukannya tidak mungkin dapat diterangkan sebagai suatu kebetulan. Selain itu, telah terbukti bahwa sel organik mustahil terbentuk secara kebetulan.
Evolusionis dihadapkan pada pertanyaan tentang asal usul kehidupan pada perempat kedua abad ke-20. Pakar terkemuka teori evolusi molekuler, evolusionis Rusia, Alexander I. Opari“Sayangnya, asal usul sel masih menjadi pertanyaan, yang merupakan titik tergelap dari teori evolusi yang utuh. “Kemunculan kehidupan di bumi adalah masalah terbesar yang belum terpecahkan” ( Anonim, 2010).
Pertanyaan “dari manakah asal kehidupan?”, telah dicoba dijawab dengan berbagai teori dan percobaan. Diantaranya adalah percobaan Spallanzani yang meragukan kebenaran Abiogenesis / Generatio spontanea dari Aristoteles (Tim pengajar, 2010).
Bagaiman makhluk hidup pertama lahir masih merupakan misteri yang belum bisa di ungkap para ilmuan. Secara umum, teori asal-usul kehidupan ada dua yaitu, abiogenesis ( makhluk hidup berasal dari benda mati dan biogenesis ) makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Teori generatio spontanea pertama kali dikemukakan oleh seorang bangsa yunani, yaitu Aristoteles ( 394 - 322 sebelum masehi ). Teorinya mengatakan bahwa makhluk hidup pertama penghuni bumi ini adalah berasal dari benda mati. Timbulnya makhluk hidup pertama itu terjadi secara spontan karena adanya daya hidup. Paham generatio spontanea bertahan cukup lama yaitu sejak zaman yunani kuno, ( ratusan tahun sebelum masehi ) hingga pertengahan abad ke – 17. Pada abad ini paham generatio spontanea seolah-olah  diperkuat oleh Antonie Van Leeuweunhoek, seorang bangsa Belanda. Dia menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk melihat jentik-jentik ( makhluk hidup ) amat kecil pada setetes rendaman air jerami. Hal inilah yang seolah-olah memperkuat paham abiogenesis (Bilbina, 1996).
Jika abiogenesis  dan generatio spontanea digabungkan maka pendapat paham tentang asal-usul kehidupan adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi berasal dari benda mati/tak hidup yang terjadinya secara spontan, misalnya : ikan dan katak berasal dari lumpur, cacing berasal dari tanah dan belatung berasal dari daging yang membusuk. Lazarro Spallanzani (1729-1799), dalam usahanya untuk membuktikan bahwa konsepsi abiogenesis itu tidak benar, mendidihkan kaldu daging, yaitu satu larutan nutrien  dalam labu selama satu jam lalu wadah tersebut ditutupi rapat-rapat. Maka tak ada jasad renik dalam labu tersebut. Tetapi hasil percobaannya ini dikuatkan lagi dengan rangkaian Needham bahwa mikroba tidaklah muncul karena generasi spontan. Needham bersikeras bahwa diperlukan udara untuk generasi spontan mikroba dan bahwa udara itu dikeluarkan dari labu selagi percobaan Spallanzani maka tak ada mikroba yang muncul.  Perbedaan pendapat ini  dipecahkan 80 atau 90 tahun kemudian oleh dua peneliti secara terpisah, yaitu Franz schulze (1815-1873) dan Theodor Schwann (1810-1882). Schulze malalukan udara melewati larutan asam pekat ke dalam labu berisi kaldu daging yang dididihkan, sedangkan Schwann melalukan udara melalui tabung membara ke dalam labu berisi kaldu daging yang dididihkan. Maka di dalam masing-masing labu itu tidak ada mikroba karena tertutuo oleh asam dan panas yang luar biasa. Namun tetap saja hal ini belum meyakinkan mereka yang menyokong konsep abiogenesis ( Pelczar, 2007 ).
Percobaan Francesco Redi, seorang dokter berbangsa Itali, memperoleh hasil dari percobaannya. Ditunjukkannya bahwa ulat yang berkembang dalam daging busuk adalah tinglkatan larva pada lalat dan tidak akan terjadi jika daging disimpan disuatu tempat yang ditutup dengan kain halus sehinggah lalat tidak dapat menaruh telurnya pada kasa. Dalam percobaan seperti itu, Redi menghancurkan dongeng bahwa ulat secara spontan berkembang biak dari daging. Karena itu, adanya penelitian mengenai perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan setelah Leeuwenhoek menemukan dunia mikroba menyebabkan paham generatio spontanea melemah. Sukarlah untuk membuktikan bahwa mikroorganisme tidak dibangkitkan secara spontan dan pada saat itu para penganut doktrin mulai kian memusatkan tuntutannya akan pemunculan yang penuh rahasia oleh bentuk kehidupan yang paling sederhana ini di dalam sari tumbuh-tumbuhan dan kaldu. Sehingga mereka yang tidak percaya dengan  paham abiogenesis mikroorganisme selalu mengalami kesukaran untuk dapat membuktikan persoalan yang rumit ini. Sebenarnya, barulah pertengahan abad ke sembilan belas terkumpul bukti-bukti negatif  yang cukup banyak yang akhirnya meninggalkan secara umum doktrin ini (Stanier, 1980).
Pada percobaan Louis Pasteur pada tahun 1865 melakukan percobaan dengan labu yang berisi air kaldu yang di tutup oleh suatu pipa yang melengkung seperti leher angsa dapat meyakinkan bahwa tidak ada kehidupan yang dapat timbul dari benda mati. Maka disimpulkannya pendapat itu dengan ucapan Omne vivum ex ovo, Omne ovom ex vivo. Pendapat pasteur di dukung oleh Jhon Tyndall yang menemukan suatu metode yang disebut : Tyndallisasi untuk mensterilkan media  yang mengandung bakteri tahan panas yang tidak dapat dimatikan dengan perebusan.
Ternyata bakteri yang tahan panas pembentuk spora. Dengan demikian runtuhlah pandangan yang menganggap bahwa mikroba dapat terjadi dari benda mati dan muncullah pahan biogenesis yang mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari mahkul hidup sebelumnya (Ristiati, 2000).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

      3.1 Waktu dan Tempat
       Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, di SMAN 2 Lumajang di ruang Biologi A.
      3.2 Alat dan Bahan
·           Percobaan Fransisco Redi
1.        Alat
a.    Pisau
b.    Telnan
c.    3 Gelas aqua
d.   Kain kasa
e.    Plastik
f.     Karet
2.        Bahan
a.    Daging

·           Percobaan Lazarro Spallansani
      1.   Alat
a. 2 buah tabung reaksi
b. 1 buah rak tabung reaksi
c. plastisin
d. Panci
e. Kompor
f. Penjepit
g. Pipa lurus dan pipa U
      2.   Bahan
a. Kaldu ayam
b. Kasa
c. Korek api

3.3 Prosedur Kerja
·           Percobaan Fransisco Redi
1.    Memotong daging berbentuk dadu
2.    Memasukkan daging yang telah dipotong ke dalam gelas aqua A dalam keadaan terbuka
3.    Memasukkan daging yang telah dipotong ke dalam gelas aqua B dengan menutup bagian atasnya menggunakan kain kasa
4.    Memasukkan daging yang telah dipotong ke dalam gelas aqua C dengan menutup bagian atasnya menggunakan plastik
5.    Mencatat perubahan yang terjadi selama 7 hari

·           Percobaan Lazarro Spallansani
1.   Siapkan alat dan bahan
2.   Menuangkan kaldu ke dalam tabung reaksiyang sudah di saring
3.   Sterilisasi pada alat yang akan digunakan bersamaan dengan merebus kaldu selama  menit
4.   Setelah 7 menit alat dan kaldu ayam diangkat secara bersamaan
5.   Menuangkan kaldu di tabung reaksi C dan membiarkan tabung terbuka
6.   Menuangkan kaldu ayam ke dalam tabung D kemudian menutup tabung dengan plastisin
7.   Mengamati tabung C dan D selama 7 hari
8.   Mencatat hasil pengamatan





BAB IV
PEMBAHASAN
4.1  Percobaan Fransisco Redi
Hasil Pengamatan Selama Tujuh Hari

Gelas A
Gelas B
Gelas C
Ada tidaknya lalat
Ada
Ada, di atas gelas
Ada, di bagian atas gelas
Ada tidaknya belatung
Ada
Ada, di atas permukaan yang ditutupi kain kasa
Pada daging tidak terdapat belatung
Bau
Sangat menyengat
Menyengat
Tidak begitu menyengat
Tekstur
Lembek dan berlendir
Lembek
Tidak begitu lembek dan tidak berlendir

Keterangan:
Gelas A: dalam keadaan terbuka
Gelas B: ditutup dengan kain kasa
Gelas C: ditutup dengan plastik

Analisis Data:
Ø Gelas A (terbuka)
Terdapat banyak lalat dan belatung, hal itu disebabkan adanya kontak langsung  dengan udara. Seperti yang kita ketahui di udara terdapat banyak sekali jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya pembusukan. Hal tersebut terjadi pada gelas A dimana pada hari ketiga daging membusuk karena mikroorganisme yang menempel di daging. Membusuknya daging menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap sehingga banyak lalat yang hinggap pada daging. Tidak hanya hinggap, lalat juga bertelur di atas daging. Seiring dengan siklus hidup lalat yang cepat, telur tersebut setelah beberapa hari akan berubah jadi belatung. Dari analisa di atas, dapat dikatakan bahwa belatung bukan berasal dari daging, melainkan dari telur lalat yang menetas di atas daging.
Ø Gelas B (ditutup dengan kain kasa)
Pada gelas ini terdapat belatung dan juga lalat. Hal ini terjadi karena meskipun ditutup dengan kain kasa, daging tetap dapat melakukan kontak dengan udara yang di dalamnya terdapat mikroorganisme pembusuk daging. Sehingga daging tetap membusuk dan berlendir. Daging yang membusuk memicu timbulnya bau tidak sedap yang masih bisa keluar dari celah-celah kasa.  Sehingga mengundang lalat untuk hinggap. Lalat yang hinggap tidak dapat melakukan kontak langsung dengan daging karena terhalang oleh penutup kasa. Hal ini menyebabkan lalat bertelur di atas kasa dan bentuk telur yang mikroskopis memungkinkan telur lalat jatuh dan menempel pada daging melalu celah pada kasa. Akibatnya terdapat belatung pada permukaan kasa serta pada daging. Namun bau tidak sedap yang ada pada gelas B tidak seperti bau yang begitu menyengat seperti di gelas A. begitu pula dengan banyak belatung. Dari uraian di atas membuktikan bahwa belatung bukan berasal dari daging melainkan dari telur lalat yang hinggap.
Ø Gelas C (ditutup dengan plastik)
Pada gelas ini tidak terdapat lalat dan belatung, hal ini dikarenakan tidak adanya kontak langsung dengan udara. Sehingga tidak ada mikroorganisme dari luar yang dapat menempel pada daging. Namun karena tidak dilakukan sterilisasi, daging tetap mengalami pembusukan akibat adanya organisme yang mungkin ada pada daging sebelum daging ditutup dengan rapat. Selain itu, tidak adanya lalat disebabkan oleh gelas yang ditutup rapat dengan plastik sehingga bau busuk daging tidak bisa keluar. Akibat tidak adanya lalat, maka tidak ada pula belatung pada gelas tersebut. Dari uraian di atas membuktikan bahwa belatung bukan berasal dari daging melainkan dari telur lalat yang hinggap.

4.2  Percobaan Lazarro Spallanzani

Rakitan
Ke-
Perlakuan
Klp.
Pengamatan Hari ke-
1
3
5
7
A
Tanpa sterilisasi dan dibiarkan terbuka
1
Air kaldu jernih

Agak keruh
Agak keruh, banyak endapan lemak

Keruh, terdapat larva, endapan lemak semakin banyak
2
Air kaldu jernih

Agak keruh
Agak keruh

Agak keruh
B
Tabung tanpa sterilisasi dan ditutup dengan plastisin

1
Air kaldu jernih

Agak keruh
Agak keruh, ada endapan lemak
Sangat keruh, banyak endapan lemak, ada larva

2
Air kaldu jernih

Tetap jernih
Tetap jernih

Tetap jernih

C
Tabung dengan sterilisasi dan dibiarkan terbuka

3
Air kaldu jernih
Tetap jernih
Tetap jernih
Agak keruh
D
Tabung dengan sterilisasi dan ditutup dengan plastisin

4
Air kaldu jernih

Tetap jernih
Tetap jernih
Tetap jernih

1.    Percobaan Lazzaro Spallanzani I (Menggunakan tabung yang tidak disterilisasi dan dibiarkan terbuka)
Ø Tabung I
Dari data yang kami peroleh, didapat bahwa tabung pertama, pada hari ke-3 mulai keruh, pada hari ke-5 sudah ada banyak endapan lemak dan hari ke-7 bahkan muncul larva. Kekeruhan warna kaldu ini disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam kaldu melalui udara terbuka. Karena tabung tidak diberi penutup, maka dengan bebasnya mikroorganisme atau bakteri tersebut bisa masuk ke dalam tabung. Kemudian, adanya larva pada tabung tersebut, mungkin, terjadi karena ada lalat yang masuk ke tabung tersebut akibat baunya yang busuk mengundang lalat itu. Akhirnya lalat itu bertelur di kaldu tersebut.
Ø Tabung II
Pada tabung kedua yang berubah hanya warnanya , hal ini karena faktor lingkungan atau banyaknya mikroorganisme yang masuk ke dalam tabung kedua tidak sebanyak mikroorganisme yang masuk ke dalam tabung pertama dan tabung kedua ini tidak dihinggapi lalat.
2. Percobaan Lazzaro Spallanzani II (Menggunakan tabung yang tidak disterilisasi tapi ditutup oleh plastisin)
Ø Tabung I
Pada tabung pertama percobaan kedua, ternyata mirip dengan tabung I pada percobaan I. Karena tabung sudah ditutup plastisin, jadi mikroorganisme tidak dapat masuk ke dalam tabung. Akan tetapi, karena tabung tidak di sterilkan terlebih dahulu, bisa saja mikroorganisme banyak menempel di dalm tabung atau di palstisin tadi. Akhirnya mikrooganisme membuat keruh kaldu karena berkembang baik di dalamnya.
Ø Tabung II
Tabung kedua ini berbeda sekali dengan tabung pertama. Kami mendapatkan hasil bahwa air kaldu pada tabung kedua ini tetap jernih sampai hari ke-7. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada mikroorganisme penyebab pembusukan di dalam tabung ke II ini.
3. Percobaan Lazzaro Spallanzani III (Menggunakan tabung dengan sterilisasi dan dibiarkan terbuka)
Dari data yang kami peroleh, ternyata selama lima hari berturut-turut air tetap jernih walaupun dibuka atau tidak diberi penutup. Hal ini dikarenakan sebelumnya, tabung reaksi sudah disterilkan terlebih dahulu dengan pemanasan pada suhu 70ᵒ C. Akibatnya, mikroorganisme pada tabung reaksi mati karena pemanasan tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan tabung ini tetap tercemar oleh bakteri dari luar karena tabung ini tidak diberi penutup. Hal ini dibuktikan dari pengamatan pada hari ketujuh, air kaldu menjadi keruh.
4. Percobaan Lazzaro Spallanzani IV (Menggunakan tabung dengan sterilisasi dan ditutup dengan plastisin)
Dengan sterilisasi melalui pemanasan tabung reaksi pada suhu 70ᵒ C dan ditutup dengan plastisin, air kaldu yang ada pada tabung ini tetap jernih bahkan sampai hari ketujuh. Ini menunjukkan bahwa dengan ditutupnya tabung reaksi, bakteri-bakteri yang ada di luar atau di udara tidak dapat masuk ke dalam tabung. Maka dari itu, dapat disimpulkan, bakteri atau organisme yang ada dalam kaldu bukan berasal dari kaldu tapi bakteri itu sudah ada di udara.
4.3  Percobaan Louis Pasteur
Rakitan ke-
Perlakuan
Klp.
Pengamatan hari ke-
1
3
5
7
E
Tabung dengan sterilisasi dan diberi pipa lurus

5
Air kaldu jernih

Tetap jernih
Agak keruh,  ada sedikit endapan lemak,  ada larva

Sangat keruh dan banyak larva
6
Air kaldu jernih
agak keruh
Agak keruh dan banyak larva
Sangat keruh dan banyak larva
F
Tabung dengan sterilisasi dan diberi pipa U
5
Air kaldu jernih
Tetap jernih
Agak keruh, ada larva berukuran kecil
Agak keruh, larva bertambah besar
6
Air kaldu jernih
Tetap jernih
Agak keruh, ada sedikit larva
Sangat keruh dan banyak larva
G
Tabung dengan sterilisasi dan ditambah pipa S(leher angsa)
7
Air kaldu jernih
Agak keruh
Keruh, larva semakin banyak
Keruh, ada banyak larva dan pupa yang terperangkap pada pipa
G
8
Air kaldu jernih
Agak keruh, ada larva
Keruh, ukuran larva semakin besar
Keruh, ukuran larva tetap

1.    Percobaan Louis Pasteur I (Menggunakan tabung dengan sterilisasi dan diberi pipa lurus)
Ø Tabung I
Pada hari pertama air kaldu pada tabung satu masih dalam keadaan jernih hingga hari ketiga, kemudian pada hari kelima keadaan air kaldu pada tabung yang di beri pipa lurus mulai berubah menjadi Agak keruh, dan terdapat sedikit endapan lemak,  serta  muncul larva. Hal ini mungkin disebabkan karena mikroorganisme yang terbawa oleh udara masuk ke dalam tabung dengan cepat karena pada pipa lurus tidak ada penghambat yang memungkinkan mikroorganisme tersebut terperangkap di dalam pipa, sehingga mikroorganisme tersebut memiliki kontak langsung dengan air kaldu. Karena itu air kaldu cepat keruh. Dan pada hari ketujuh air kaldu pada tabung menjadi sangat keruh. Hal ini dikarenakan mikroorganisme yang masuk ke tabung semakin banyak.
Ø Tabung II
Pada hari pertama air kaldu pada tabung dua sama dengan keadaan tabung satu yaitu masih dalam keadaan jernih, dan pada hari ketiga air kaldu pada tabung dua mulai tampak perubahan menjadi agak keruh. Kemudian kondisi tabung dua pada hari kelima sama dengan kondisi tabung satu yaitu tetap berwarna agak keruh namun mulai muncul larva dan terdapat sedikit lemak. Kemudian pada hari ketujuh kondisi tabung dua sama dengan kondisi tabung satu yaitu jumlah larva menjadi semakin banyak.
2.    Percobaan Louis Pasteur II (Menggunakan Tabung dengan sterilisasi dan diberi pipa U)
Ø Tabung I
Pada hari pertama air kaldu pada tabung satu yang diberi pipa U kondisinya masih dalam keadaan jernih. Kemudian pada hari ketiga kondisi air kaldu tetap jernih. Dan pada hari kelima air kaldu menjadi agak keruh, muncul larva yang berukuran kecil. Hal ini dikarenakan mungkin ada lalat yang hinggap dan meninggalkan telurnya dalam tabung, sehingga mungkin dalam beberapa hari telur lalat tersebut berubah menjadi larva yang berukuran kecil. Kemudian pada hari ketujuh air kaldu tetap dalam keadaan agak keruh namun larva yang ada dalam tabung menjadi semakin banyak dan ukurannya semakin besar.
Ø Tabung II
Pada tabung dua di hari pertama air kaldu sama dengan tabung satu yaitu tetap dalam kondisi masih jernih, dan pada hari ketiga air kaldu berubah menjadi agak keruh. Dan pada hari kelima pada air kaldu terdapat endapan lemak dan muncul larva. Kemudian pada hari ketujuh pada tabung dua air kaldu semakin keruh dan larva menjadi semakin banyak.
3.    Percobaan Louis Pasteur III {Menggunakan Tabung dengan sterilisasi dan diberi pipa S (leher angsa)}
Ø Tabung I
Pada tabung satu air kaldu tetap jernih, hingga hari ketiga air kaldu ini mulai mengalami perubahan menjadi agak keruh dan adanya endapan lemak. Kekeruhan ini disebabkan oleh mikroorganisme yang sudah ada dalam udara masuk ke tabung  dan lemak. Lemak ini mungkin muncul dari daging yang masih mengandung lemak yang digunakan untuk membuat air kaldu. Dan lemak mengendap di permukaan karena massa jenis air lebih besar daripada massa jenis lemak. Kemudian pada hari kelima mulai muncul larva dan pada hari ketujuh beberapa dari larva tersebut telah berubah menjadih pupa yang terperangkap pada pipa leher angsa.
Ø Tabung II
Pada tabung kedua keadaan air kaldu masih jernih. Kemudian mulai mengalami perubahan pada hari ketiga menjadi lebih keruh dan juga terdapat endapan lemak serta muncul larva. Perubahan pada hari kelima dan ketujuh muncul larva dan ukuran larva semakin besar.
Pada tabung satu dan dua yang menggunakan pipa S (leher angsa) seharusnya laju kekeruhan air lebih lambat dibandingkan dengan percobaan yang menggunakan pipa U dan pipa lurus. Namun pada percobaan kali ini mendapatkan hasil yang tidak sesuai. Hal ini mungkin dikarenakan karena beberapa faktor, bisa saja karena faktor kesterilan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan, atau karena faktor-faktor lain seperti mikroorganisme yang mungkin dari awal  sudah ada pada air kaldu sebelum dimasukkan ke tabung.




BAB V
PENUTUP

5.1    Kesimpulan
a.     Air kaldu mengalami perubahan baik warna maupun baunya yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari udara kemudian terkontaminasi dengan cairan kaldu, dimana mikroorganisme tersebut diduga ada dan tersebar di udara sehingga percobaan yang telah dilakukan dapat memperkuat dan membuktikan teori biogenesis yaitu makhlik hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya yang dikemukakan oleh ilmuan yang bernama Lazarro Spallanzani.
b.      Daging mengalami perubahan struktur dan bau yang disebabkan oleh mikroorganisme di udara yang berkontamninasi dengan daging serta timbulnya belatung merupakan telur lalat yang menetas. Dapat disimpulkan bahwa makhluk hidup berasal karena ada makhluk hidup lain.
5.2    Saran
a.     Saran untuk praktikan yaitu praktikan mesti berhati-hati menggunakan alat laboratorium yang mudah pecah atau mudah terbakar. Sehingga kesalahan dalam praktikum bisa terhindarkan.
b.     Lakukanlah percobaan ini dengan teliti dan steril agar hasil yang diperoleh nanti sesuai dengan yang didinginkan.



DAFTAR PUSTAKA
































No comments:

Post a Comment